Senin, 16 Mei 2011

KDRT


BAB II
LANDASAN TEORI
A.PENGERTIAN KDRT
Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga [KDRT ] adalah Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik , seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan , pemaksaan , atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup rumah tangga.
KDRT Menurut  RUU anti KDRT adalah Segala bentuk , baik kekerasan secara fisik , psikis kekerasan seksual maupun ekonomi yang pada intinya mengakibatkan penderitaan , baik penderitaan yang secara kemudian memberikan dampak kepada korban , seperti misalnya mengalami kerugian secara fisik atau bisa juga memberikan dampak korban menjadi sangat trauma atau mengalami penderitaan secara psikis.
KDRT juga diistilahkan dengan kekerasan dosmetik.dengan pengertian dosmetik ini diharapkan memeng tidak melulu konotasinya dalam satu hubungan suami istri saja, tetapi juga setiap pihak yang ada didalam keluarga itu. Jadi bisa saja pekerja rumah tangga menjadi pihak yang perlu dilindungi. 

Minggu, 08 Mei 2011

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

1.    Inspeksi Visual Asam Asetat
a.    Pengertian
1)   Inspeksi visual asam asetat (IVA) merupakan sebuah metode untuk mengidentifikasi lesi pra-kanker, yaitu dengan mengusapkan pada leher rahim asam asetat 3-5% dengan aplikator kapas lesi pra-kanker, lalu hasilnya dapat diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik (Laila, 2009).
2)   Pemerikasaan IVA adalah pemeriksaan dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna yaitu tampak bercak putih,maka kemungkinan ada kelainan tahap pra-kanker serviks (Romauli, 2009).
b.    Keuntungan
1)   Mudah, praktis, mampu laksana
2)   Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3)   Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4)   Sesuai dengan pusat pelayanan sederhana
c.    Syarat dilakukannya test IVA
1)   Sudah melakukan hubungan seksual
2)   Tidak sedang datang bulan / haid
3)   Tidak sedang hamil
4)   24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
d.   Langkah – langkah pemeriksaan IVA
1)   Persiapan pasien
a)    Melakukan informant consent
b)   Menyiapkan lingkungan sekitar klien, empat tidur ginekologi dan lampu sorot
c)    Menganjurkan klien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi.
2)   Persiapan Alat
a)    Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti handscone, speculum cocor bebek, asam asetat 3-5% dalam botol, kom kecil steril, lidi wotten, tampon tang/venster klem, kasa steril pada tempatnya, formulir permintaan pemeriksaan sitologi, lampu sorot/senter, Waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi, sampiran.
b)   Menyusun perlengkapan/bahan secara ergonomis.



3)   Pelaksanaan
a)    Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
b)   Menggunakan handscone steril
c)    Melakukan vulva higyene
d)   Memerhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi
e)    Memasang speculum dalam vagina
f)    Masukkan lidi wotten yang telah dicelupkan dengan asetat 3-5% kedalam vagina sampai menyentuh porsio
g)   Oles lidi wotten keseluruh permukaan porsio dan lihat haslnya :
(1)Jika permukaan serviks berwarna kusam , berbenjol dan mudah berdarah maka dicurigai kanker
(2)Jika tampak warna kemerahan yang merata di daerah serviks disetai cairan vagina abnormal maka curigai infeksi
(3)Bila kedua hal diatas tidak ditemukan, harus diperiksa daerah transformasi.
h)   Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kapas steril dengan menggunakan tampon tang
i)     Mengeluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan
j)     Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan
k)   Rapihkan ibu dan rendam alat-alat dan melepas sarung tangan (merendam dalam larutan klorin 0,5%)
l)     Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah
m) Menemui klien kembali
n)   Mencatat hasil tindakan dalam status (Romauli 2009).
4)   Kategori Pemeriksaan IVA
Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a)    IVA negatif = Serviks normal.
b)   IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c)    IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
d)   IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (Ayurai, 2010).
5)   Program Skrining oleh WHO
a)    Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
b)   Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
c)    Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
d)   Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun
e)    Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, dianjurkan untuk melakukan IVA bila : Hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negative (-) adalah 5 tahun.
e.    Efektifitas Pemeriksaan IVA
Table 2.1 Perbandingan skrining tes PAP dan IVA
Uraian/Metode Skrining
Tes PAP
IVA
Petugas Kesehatan
Sample taker (Bidan/ perawat/ dokter umum/Dr Spesialis)


Srinner/Sitologis?Patologis
Bidan
Perawat
Dokter Umum
Dr Spesialis
Sensitivitas
70% - 80%
65% - 96%
Spesifisitas
90% - 95%
54% - 98%
Hasil
1 hari – 1 bulan
Langsung
Sarana
Spekulum, lampu sorot, kaca benda, laboratorium
Spekulum, lampu sorot, asam asetat
Dokumentasi
Ada ( dapat dinilai ulang)
Tidak ada